Monday, May 31, 2010

Ada pameo lama mengatakan bahwa setiap yang diawali pasti akan juga diakhiri...yah seperti Kisah mengenang Kelas II-1 Smanda Binjai ini. Ternyata efek menulis hal-hal aneh dalam pengalaman pribadi mempunyai dampak tersendiri dalam membentuk karakter pribadi. Yah selain jadi gokil, tutur kata juga bisa ngelantur. Jadi daripada kultur anak muda harapan bangsa seperti si Jomblo 8 tahun ini terkikis akibat sastra jahiliah ini, maka dengan berat hati tulisan kali ini akan menjadi akhir dari tulisan dari kisah-kisah II-1 Smanda yang fenomenal dan kontroversial itu. Namun, bagi para fans tidak usah kecewa, saya tetap akan mempublish berbagai kisah dodol seputar pemandangan dan pengalaman saya selama menjejakkan kaki di dunia ini dengan kondisi dan kisah yang berbeda.. ( namanya juga saya yang nulis, jadi isinya ya suka-suka saya. Mau protes? sory bro...gak ada melanggar UU ITE soalnya...saya kan gak pernah maki2 orang apalagi maki-maki SBY).

Hampir setahun berlalu di kelas II-1 Smanda tercinta dan telah membuat puyeng kepala beberapa orang guru akibat tingkah dan ulah yang konon katanya hasil campuran bakat alam dan ditambahkan sedikit halusinasi akibat kejenuhan belajar. Yah kejenuhan belajar, sebenarnya kami gak jenuh belajar..cuma kami berusaha membuat belajar itu menyenangkan dan memang dibuat untuk bersenang-senang agar semua senang dan bukan karena kesenangan sesaat ( alahh puyeng...ntah apa-apa pun). Sebenarnya kegokilan itu adalah buah dari sebuah pemberontakan dari sebuah sistem belajar yang kadang monoton, aneh dan tidak mendidik. Misalnya, dengan pak EF guru sejarah kami yang hobi menghitung jumlah bintang eh cicak di plafond kelas dan tidak bisa membedakan antara J dengan Y dan U sehingga ada istilah JUNI SOVYET dan JUNANI dalam kamus dinding gokil yang ditulis akibat isntruksi ketua mafia beruang II-1 B yang sukses menjadi Ketua OSIS I yang gak penting-penting amat itu. Kami sebenarnya sangat suka sejarah... tapi apalah daya..akibat kurang perhatian dan pemandangan, kadang pak EF lupa jumlah anak muridnya yang hilang saat mata pelajaran sejarah dan beberapa sisanya yang duduk di kelas sambil puyeng mendengarkan sesuatu yang disebut sejarah itu dengan kepala puyeng dan muka mewet kayak abis minum baygon dua kaleng.

Lain lagi dengan guru ekonomi kami yang selalu mengibaratkan sistem ekonomi NKRI ini dengan orang yang jualan pisang goreng di gubuk reot pake minyak makan oplosan sehingga yang makan jadi radang tenggorokan dan batuk 100 hari. Tentunya diselingi dengan repetan khas yang bakal kita ingat sepanjang hayat, seperti yang terjadi pada saudara Endro Reza yang mulia itu. Habis kena cincau balsem gara-gara poster shevchenko yang sengaja ditempelin di dinding kelas... hanya karena dia mengkritik gaya menendang shevchenko yang gak jauh tipis dengan gaya khasnya Ole Gunnar ( buset.... sempat-sempatnya). Selain itu, kami juga harus berhdapan dengan tingkah mengajar serba lima ribu nya guru Kimia paling kontroversial se smanda binjai yang mampu mengubah nilai 6 jadi 7 karena kekuatan yang kami sebut proyek serba lima ribu ( oalahhh Gustii!). Obsesi bikin toko serba lima ribu sengaja direalisasikan dalam dunia pendidikan akhirnya mensukseskan anjloknya nilai anak II-1 secara masal ( kayaknya ada konspirasi nih antara toko serba lima ribu dengan beliau.... sayang bukti di lapangan gak mendukung..)

Yah, saya gak mau lah menghina guru.. itu perbuatan paling jalang menurut saya sebagai pelajar. Sebab jelek tidaknya seorang guru, tergantung kepada siswa bersangkutan. jangan mau lagi sebagai murid yang kencing berlari , sebab selain tidak nyaman juga tidak humanis.. ( emang kita sapi apa..?). hendaknya term itu diubah "guru kencing berdiri, murid kencing menari".... selain lebih artistik juga menunjukkan inovasi dan kreativitas pemikiran siswa sebagai akibat penurunan ilmu yang parsial dan kritis ( kritis disini maksudnya, kritis saat menjelang ujian... hehehe). Menurut saya sebagai pengamat non profit dan independen, kelas II-1 dapat dijadikan model dari sebuah ekspresi pemberontakan yang jujur, intelek dan ramah. Kami tidak mau menyalahkan guru atas kebodohan dan ketidaktauan kami secara terbuka, namun diekspresikan dalam bentuk-bentuk kegilaan yang hanya kami dan Tuhan saja lah yang tahu.

di dalam kelas berukuran 6 x 10 m itu, berbagai rasa dan gaya ada. Di II-1 ada orang-orang yang membawa Al Qur'an di tasnya dan mereka duduk dengan orang yang menyimpan kaset XXX di tasnya. Bekerjasama membuat mading kelas ( hmmm masih ingat gak, GENIUS II-1) yang uangnya didapat dari iuran kelas dan pada saat pembagian honor selalu diikuti dengan protes. Atau saat pecah kongsi akibat penghianatan dalam iuran jula-jula. atau dengan grup Ibu-ibu yang suka menjadikan laci buku sebagai kulkas pribadi dan selalu menyita waktu jam pergantian pelajaran olah raga dengan menyulap ruang kelas menjadi salon pribadi. Di kelas ini juga gak pernah sepi dari intrik politik...maklumlah, seluruh komponen penting organisasi sekolah tumpah ruah disini. Mulai dari ROHIS, PBB, Pramuka sampe OSIS. Kadang kami manis diluar, tapi menusuk di dalam.... ( hohoohoh). Kami kompak dalam hal-hal yang dibutuhkan, misalnya beramai-ramai mengatakan tidak ada PR pada mata pelajaran tertentu atau saling sharing saat pelajaran Akutansi dan Matematika. Namun, intrik akan terlihat saat mau membanding-bandingkan nilai..( padahal semua itu dusta...hahah).

namun, saya tidak akan melupakan kelas itu. Kelas dimana saya mulai merasakan manis dan pahitnya menjadi siswa SMA. Belajar bagaimana untuk santai tapi tetap serius dan terbuka. Untuk tetap tertawa walaupun kadang suasana mulai penat. Atau untuk mulai berani menjadi diri sendiri tanpa terpaksa dan menjadi siswa SMA seutuhnya. yah itulah kelas kami II-1..

No comments:

Post a Comment